Memperbaiki Pendidikan Dengan Menjadi Guru Kreatif

menjadi guru kreatif Menjadi guru merupakan profesi yang mulia namun memiliki tantangan yang besar. Mengapa? Karena kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih dinilai rendah. Hal ini terlihat dari posisi kualitas pendidikan Indonesia berada diperingkat 53 dari 55 negara yang disurvei World Competitiveness Year Book pada tahun 2007. Peran guru sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, kini perlu diubah menjadi fasilitator bagi siswa. Saat ini guru harus mampu mengelola, memfasilitasi siswanya yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda serta kecerdasan yang berbeda dan mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Metode belajar ceramah yang sampai saat ini masih diandalkan oleh guru harus diganti dengan metode belajar aktif dan belajar kolaboratif atau metode belajar lainnya yang merupakan gagasan atau ide dari guru. Untuk mewujudkannya diperlukan kecerdasan kreatif dari seorang guru.


Dalam buku The Power of Creative Intelligence, yang dikarang oleh Tony Buzan mendefinisikan kecerdasan kreatif adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru, menyelesaikan masalah dengan cara yang khas, dan untuk lebih meningkatkan imajinasi, perilaku, dan produktivitas. Kecerdasan kreatif melibatkan sejumlah faktor dimana faktor-faktor tersebut bisa dipelajari dan dikembangkan sehingga dapat meningkatkan kreatifitas. Salah satu faktornya yakni kelancaran dan fleksibilitas. fleksibilitas yakni kemampuan untuk memproduksi berbagai gagasan, kemudian beralih dari satu cara ke cara lain dengan menggunakan berbagai strategi. Cara mencapai fleksibilitas berpikir yakni dengan cara mengubah sudut pandang. Contohnya Maria Montessori melihat bahwa segala sesuatu yang ada di sekolah, dibangun, diajarakan dari sudut pandang orang dewasa, kursi dan mejanya berukuran besar, kasar dan berat, susunannya bersifat kaku dan murid-muridnya harus berperilaku mengikuti peraturan militer, pembelajaran tanpa mengikutsertakan unsur-unsur alam. Intinya Maria Montessori melihat tidak adanya kreativitas dalam belajar pada masa awal 1900-an. Sejak itulah Maria menempatkan dirinya ke dalam benak anak dan menciptakan dunia baru bagi anak. Alhasil, pada masa itu terjadilah perubahan dunia pendidikan anak pada masa itu. Saat ini sudah banyak sekolah-sekolah Maria Montessori di Indonesia. Sekolah Maria Montessori menjadi rujukan bagi sekolah-sekolah lain terutama dalam metode pembelajaran pendidikan anak usia dini. Fleksibilitas berpikir perlu dimiliki oleh seorang guru. Ketika guru menyusun rancangan pembelajaran, guru bisa menempatkan dirinya sebagai seorang siswa dan mulai mencari apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh siswanya.


Sedangkan, kelancaran didefinisikan sebagai kemampuan kecepatan mengeluarkan gagasan baru. Cara efektif mengembangkan kelancaran otak untuk menghasilkan gagasan dengan melakukan latihan brainstorming yakni memunculkan sebanyak mungkin gagasan yang berkaitan dengan suatu masalah tanpa mempertimbangkan semua penilaian baik atau buruk, praktis atau tidak praktis. Latihan brainstorming ini dapat dilakukan secara kelompok. Jadi bagi guru-guru yang merasa kesulitan menemukan gagasan atau ide pembelajaran, bisa melakukan brainstorming bersama untuk mencari ide-ide dahsyat pembelajaran ataupu membuat gagasan spektakular di tahun ajaran baru sehingga siswa tidak bosan dan jenuh dengan metode pembelajaran yang itu-itu saja. Semoga pendidikan Indonesia semakin berkualitas karena hadirnya guru-guru kreatif.Sumber.http://sahabatguru.wordpress.com

1 komentar:

Saung Web mengatakan...

Setuju sobat.. bagaimanapun bagusnya kurikulum atau komplitnya peralatan belajar mengajar.. tapi kalau gurunya gak profesional... sama aja boong...

Posting Komentar